BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang masalah
Terapi Bekam adalah suatu terapi pengobatan holistic
yang pernah dilakukkan oleh rasulullah pada saat itu. Bahkan pada suatu hadis
dinyatakan bahwa terapi bekam adalah terapi yang dianjurkan oleh para malaikat,
saat peristiwa Isro’.
مَا
مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِى بِمَلَإٍ إِلَّا قَالُوْا يَامُحَمَّدُ مُرْ
اُمَّتَكَ بِااْلحِجَامَةِ (رواه الترمذى عن
ابن مسعود)
“Aku tidak berjalan dihadapan sekelompok malaikatpun pada
malam ketika aku diisro’kan kecuali mereka berkata: Wahai Muhammad perintahkan
umatmu agar berbekam (HR.At-Tirmidzi)
Terapi bekam juga merupakan terapi yang sudah
digunakan oleh medis, namun pada umumnya jenis bekam yang digunakan oleh medis
adalah bekam panas atau bekam yang menggunakan api. Dan bekam yang terkenal
pada kalangan tionghoa ialah bekam kering. Hal itulah yang membuat terapi bekam
menjadi beberapa jenis, yaitu Bekam Kering, bekam basah, bekam api. Dalam islam
yang dimaksud bekam adalah bekam basah, yaitu terapi bekam dengan menggeluarkan
sel darah yang rusak yang telah menumpuk dalam lapisan bawah kulit.
Terapi Bekam pada klinik Bekam Rukyah Center (BRC) adalah
merupakan terapi utama pada Klinik BRC, begitu juga pada klinik BRC Cirebon.
Karena itu diperlukan analisa pelayanan pelanggan untuk terapi bekam, guna
melihat pelayanan terapi bekam pada klinik BRC Cirebon.
1.2. Rumusan
masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah
hasil analisa SWOT untuk pelayanan terapi bekam di klinik BRC Cirebon?
2. Usulan
apa saja terkait pengembangan pelayanan terapi bekam di klinik BRC Cirebon?
1.3. Tujuan
Penelitian
Penelitian ini dilakukkan untuk memberikan masukan
dan saran untuk pelayanan terapi bekam, sehingga mampu memberikan layanan
terapi pada pelanggan sesuai standard layanan mungkin
1.4. Manfaat
penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk evaluasi pelayanan
terapi bekam di klinik BRC khususnya adalah BRC Cirebon. Selain itu, hasil
penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk refrensi evaluasi pelayanan terapi
lainnya pada klinik BRC Cirebon atau klinik yang lain.
1.5. Batasan
masalah
Penelitian ini hanya menganalisa pelayanan terapi
bekam pada klinik BRC di Cirebon. Hanya meneliti menggunakan analisa SWOT.
1.6. Definisi
istilah
Analisa
SWOT : analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang
selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program
kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength)
dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang
(Opportunity) dan tantangan (ThreathS)
Terapi Bekam : Suatu pengobatan dengan mengeluarkan
darah dari kulit dengan cara menghisap kemudian penyayatan ringan pada
permukaan kulit, kemudian dilakukan penghisapan lagi agar darah bisa keluar.
1.7. Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini adalah potensi baik
untuk pelayanan bekam pada klinik BRC Cirebon, masuk katagori progresif. Yaitu
memiliki prospek baik dalam pengembangan klinik, khususnya pelayanan terapi
bekam.
BAB II DATA PENELITIAN
2.1.
Landasan
Teori
Bandung
Rukhyah Center (BRC)
BRC awalnya dirintis serta dipimpin oleh
Bapak Asep Hasan Badri, tanggal 29 Juni 2004 merupakan awal BRC hadir di pentas
sejarah kebangkitan Islam. BRC hadir sebagai jawaban atas miskinnya pengobatan
islam, hadir pula sebagai jawaban dari kondisi umat islam yang tenggelam dalam
pengobatan yang tidak syar’i, terjebak syirik banyak menimbulkan mudharat dan
sebagainya.
Pada mulanya BRC hadir dengan
menggunakan nama BRC; singkatan dari Bandung Ruqyah Center, namun seiring
dengan berkembangnya BRC ke seluruh kota di tanah air, terutama saat itu yang
menjadi fokus adalah JABODETABEK dirasa kurang relevan apabila menggunakan nama
Bandung Ruqyah Center sebagai brand, awal 2008 BRC merubah kepanjangannya
menjadi BEKAM RUQYAH CENTER.
Dalam kurun waktu perjalanan yang baru
berjalan kurang dari 5 tahun BRC telah berhasil mendirikan 26 cabang di
Indonesia dan 2 Cabang di luar negeri, yaitu di Malaysia dan Singapura. BRC pun
memperluas peta dakwahnya, tidak hanya bergerak di kesehatan saja namun mencoba
terjun ke pendidikan yang berbasis Thibbun Nabawi, bisnis, makanan dan training
dengan memegang konsep makna sehat yang ternyata bukan fisik saja namun
didukung dengan sehat secara finansialnya, sehat lingkungan sosialnya, sehat
perekonomiannya dan sebagainya.
Telah berdiri pula divisi khusus dalam
pengelolaan makanan halal thoyib, BRC Food yang mengeluarkan beberapa produk:
air sehat BRC, beras organic, kue dan sirup, serta ayam organic. BRC juga telah
mengawali program ibadah Umrohh plus thibbun nabawi.
1.1.1. Terapi
Bekam
Bekam merupakan
istilah yang dikenal dalam bahasa melayu, bahasa
arab mengenalnya sebagai hijamah, dalam bahasa inggris
dikenal sebagai cupping,di eropa disebut fire bottle, orang cina mengenalnya
sebagai gua-sha,dalam bahasa mandarin disebut pa hau kuan sedangkan orang
Indonesia mengenalnya sebagai cantuk ,mambakan atau kop.
Adapun menurut istilah hijamah adalah
mengeluarkan darah dari kulit dengan cara menghisap kemudian penyayatan
ringan pada permukaan kulit, kemudian dilakukan penghisapan lagi agar darah
bisa keluar.
Bekam mulai dikenal dan dilakukan sejak
jaman Mesir kuno, bangsa Mesir kuno pada saat itu menggunakan bekam Untuk
mengurangi rasa tidak nyaman di tubuh setelah mengadakan perjalanan.
Pada perkembangannya, Bekam kemudian
menyebar dan berkembang ke berbagai negara di dunia sebagai salah satu bentuk
pengobatan yang ampuh. Selain mesir juga tercacatat Sejarah Penggunaan
Hijamah,yaitu: Sumeria (4000 thn sblm masehi), Babilonia, Saba’, Persia,
baghdad 300 hijriah
1.1.2. Standard
layanan Bekam di Klinik BRC
1) Persiapan:
·
Persiapan
terapis.
·
Persiapan
Alat.
·
Persiapan
Tempat terapi.
·
Persiapan
Data pasien.
2) Relaksasi awal:
- Oleskan minyak zaitun pada punggung pasien usahakan
mulut botol tidak meyentuh kulit
pasien dan tangan terapis (untuk menghindari kontaminasi mikroba) .
- Lakukan bekam luncur ± 1-3 menit.
- Lakukan pijatan ringan untuk merilekskan tubuh si
pasien dan disertai perabaan untuk menentukan ketepatan titik.
3) Bekam kering:
• Proses menarik kop dilakukan secara bertahap dan dikomunikasikan dengan pasien.
• Pastikan ukuran kop yang akan digunakan sesuai dengan
luas permukaan tubuh pasien.
• Mulailah menarik kop di tubuh pasien yang diawali pada
bagian pinggul (samping kanan kiri), belikat (samping kanan kiri), bahu
(samping kanan kiri), rongga kuduk, dan dua urat leher bagian belakang (samping
kanan kiri). Bila diperlukan boleh menambahkan 4 titik tambahan.
• Lama mengkop sekitar
3menit atau setelah terlihat merah pada permukaan kulitnya (berubah
warna).
4) Penusukan :
• Pasang jarum lancet pada pena lancet. Sesuaikan
tingkat kedalamannya dengan kondisi
pasien.
• Satu per satu lepaskan kop dan lakukan penusukan usahakan
dengan arah towaf dengan jumlah tusukan ganjil yang disesuaikan dengan luas
area kop.
• Penusukan disesuaikan dengan keadaan kulit pasien
(dikomunikasikan)
• Tidak menusuk dengan cara menikam, kasar, tidak terlalu
cepat.
• Kedalaman tusukan dikomunikasikan dengan pasien.
1.1.3. Analisa SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal
maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar
untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian
terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara,
analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan
(ThreathS).
Ada
dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
A.
Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Gambar 1 analisa SWOT kualitatif
Keterangan:
Sel
A: Comparative Advantages
Sel
ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan
kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.
Sel
B: Mobilization
Sel
ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan
upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu
menjadi sebuah peluang.
Sel
C: Divestment/Investment
Sel
ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.
Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang
yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan
yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah
(melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan
menggarap peluang itu (investasi).
Sel
D: Damage Control
Sel
ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan pertemuan
antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan
yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus
diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi
lebih parah dari yang diperkirakan.
B.
Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Pendekatan
kuantitatif ialah suatu pendekatan dengan cara melakukkan perhitungan atau
membuat suatu score dan bobot pada perhitungannya. Perhitungan yang dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu:
1. Melakukan
perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total perkalian
skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a)
masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap
sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian
terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan
akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan
asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling
tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara
saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah
dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya.
Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapatkan (rentan
nilainya sama dengan banyaknya point factor) dibagi dengan banyaknya jumlah
point factor)
2. Melakukan
pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T
(e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X,
sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada
sumbu Y;
3. Mencari
posisi organisasi yang ditunjukan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT

Gambar 2 Kuadran SWOT
Kuadran I (positif,
positif)
Posisi ini menandakan
sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga
sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan
meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif,
negatif)
Posisi
ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang
besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi,
artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan
berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk
terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya,
organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
Kuadran III (negatif,
positif)
Posisi
ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki
kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif,
negatif)
Posisi
ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi
internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi
disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal
agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya
membenahi diri.
2.2.
Kerangka
Penelitian
Penelitian
ini memiliki kerangka penelitian yang dimulai dengan membuat proposal
penelitian terlebih dahulu yang berupa draft penelitian, lalu dilanjutkan
dengan melakukkan pengumpulan data. Data berupa literature, hasil questioner
dan hasil wawancara. Selanjutnya hasil ketiga sumber tersebut dianalisa dengan
menggunakan analisa SWOT, hingga menemukan kesimpulan dari hasil analisa
tersebut yang nantinya akan disesuaikan dengan hipotesa yang ada.

Gambar
3 Kerangka Penelitian
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada
bab ini akan penulis jelaskan terkait dengan pembahasan hasil penelitian yaitu
berupa hasil kuestioner dan hasil wawancara. Hasil penelitian akan dipaparkan
pada sub bab hasil penelitian, berupa nilai dan perhitungan dari kuestioner dan
juga hasil wawancara yang telah dilakukkan, sedangkan pada sub bab pembahasan
analisa SWOT, akan dibahas data yang telah didapat dengan menggunakan analisa
SWOT.
3.1.
Hasil
Penelitian
3.1.1.
Hasil
Kuestioner Analisa SWOT
Kuesioner menjadi salah satu cara pencarian data
secara kuantitatif yang dilakukkan pada penelitian ini, guna mendapatkan data
bernilai nominal. Kuestioner ini dilakukkan pada 11 responden yang semuanya
adalah terapis. Berikut adalah data para responden.
Tabel Nama Responden dan hasil
kuestioner

Hasil
kuestioner penulis tampilkan dalam bentuk grafik untuk mempermudah memahami
hasi dari kuestioner, untuk lebih detail bisa dilihat dari grafik dibawah ini.

Grafik 1 Hasil Kuestioner
Dari hasil kuestioner persebaran titik (x,y) paling
banyak berada pada kuadran 1 (satu) yaitu 6 (enam) responden. Dengan penjelasan
sebagai berikut :
Tabel 1 hasil kuestioner 1

![]() |
Sedangkan untuk hasil dari analisa SWOT dalam pembahasan kualitatif tergambar dalam tabel berikut .
Gambar 4 Hasil
analisa SWOT kualitatif
3.1.2.
Hasil
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara yang dilakukkan
oleh penulis untuk mendapatkan data secara kualitatif selain analisa SWOT ,
hingga mampu menjadi penguat atau penyeimbang dari data kuantitatif yang
penulis dapatkan dari hasil kuestioner. Wawancara penulis lakukkan pada dua
narasumber data narasumber adalah sebagai berikut.
1. Ian
Sophian, tentor pemagang di Klinik BRC Cirebon
2. Muhammad
Yunus Ardian, Kepala cabang di klinik BRC Cirebon
Hasil wawancara
dari kedua narasumber tersebut sebagai berikut :
1. Nama
: Ian Sophian
Jabatan :
Tentor santri magang di klinik BRC Cirebon
Lokasi :
Online
Hasil :
pertama, klinik BRC Cirebon cukup diminati menjadi salah satu pilihan perawatan
kesehatan. Kedua, Namun masih harus ada banyak hal yang dibenahi yaitu sistem
marketing, fasilitas pasien dan terapis, spanduk, dan SDM. Ketiga, SDM sejauh
ini sudah memberikan pelayanan yang baik kepada pasien, fasilitas saja.
2. Nama : Muhammad Yunus Ardian
Jabatan : Kepala
cabang Klinik BRC Cirebon
Lokasi :
klinik BRC Cirebon
Hasil :
Pertama, Klinik BRC Cirebon merupakan inovasi pengobatan yang baik di Cirebon.
Kedua, beberapa hal dari klinik BRC Cirebon dirasa sudah cukup baik, walau
masih ada banyak hal yang harus terus diperbaiki yaitu pengelolaan keuangan,
pengolahan limbah, promosi yang belum optimal untuk terapi dan herbal, jumlah
terapis. Ketiga, Hal-hal yang akan menjadi strategi untuk klinik BRC Cirebon
yaitu, penyebaran brosur yang optimal, mengadakan baksos, pendekatan tokoh
masyarakat, dan melakukan kebersamaan di klinik. Keempat, Optimis untuk
pengembangan klinik BRC Cirebon.
3.2.
Pembahasan
Analisa SWOT
Pada subbab pembahasan ini penulis akan membahas
hasil dari kuestioner yang didapatkan, namun sebelumnya penulis akan
menampilkan kembali nilai kuestioner yang didapatkan.
![]() |
Dari hasil yang dicapai pembahasan analisa SWOT secara kuantitatif adalah sebagai berikut :
Hasil rata-rata nilai (x,y) pada
pengolahan data didapatkan nilai X adalah 9 dan nilai Y adalah 9, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
titik (9,9) ada pada kuadran I yaitu saat nilai X positif dan nilai Y positif.
Sehingga memiliki analisa bahwa pada posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif,
artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan
untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan
secara maksimal.
Sedangkan untuk pembahasan analisa
SWOT secara kualitatif yaitu sesuai dengan gambar 4 diatas yaitu :
Strategi SO (strength-Opportunity)
atau bisa disebut dengan Comparative Advantages untuk klinik BRC Cirebon
yaitu, dapat mengadakan evaluasi pelayanan terapi per dua pekan. jika perlu
adakan pelatihan tuk terapis. optimalkan promosi melalui radio dan media lain
guna meningkatkan eksistensi klinik.
Strategi ST (Strength-treath) atau
bisa disebut dengan Mobilization untuk
klinik BRC Cirebon adalah akan lebih baik jika dapat mengoptimalkan lokasi,
hingga mampu menjadi income tersendiri, agar ancaman akan mahalnya sarana dan
prasana dapat menjadi peluang.
Strategi WO (Weakness-Opportunity)
atau bisa disebut dengan Divestment/Investmen
adalah bagaimana klinik dapat mengikat kerjasama dengan media promosi radio,
salah satu contohnya klinik dapat memberikan pelayanan khusus pegawar radio
atau lain sebagainya.
Strategi WT (Weakness-Treath) atau
bisa disebut dengan Damage Control untuk Klinik BRC Cirebon adalah Bangun komunitas dengan pasien lama.
berikan harga khusus untuk anggota komunitas, khususnya saat dapat mendatangkan
pasien baru. Optimalkan fungsi kartu member card.
Sedangkan untuk Pembahasan terkait
dengan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Klinik BRC Cirebon memiliki
potensi untuk berkembang menjadi tempat pelayanan guna menjaga kesehatan dan
sebagai salah satu tempat berobat masyarakat di Cirebon dan sekitarnya. Namun,
karena usianya yang masih sangat muda, maka promosi terus menerus harus tetap
dilakukkan karena masih dalam fase pengembangan klinik. Strategi-strategi
khusus sesuai dengan kondisi klinik menjadi hal wajib yang harus terus diolah
oleh pihak pemilik klinik dengan bantuan rekan-rekan santri karya, mengingat
perjalanan klinik BRC Cirebon menjadi besar dan menjadi klinik yang memberikan
banyak manfaat kesehatan atas izin Allah, masih sangatlah panjang.
BAB IV PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Penelitian ini mengambil kesimpulan sebagai berikut
:
1. Klinik
BRC Cirebon memiliki kesempatan yang baik untuk menjadi sebuah klinik
pengobatan cara nabi di wilayang Cirebon, khususnya di daerah Klayan, tepatnya
di jalan Raya Sunan Gunung Jati, terlihat pada hasil analisa SWOT yang
menunjukan nilai (x,y) berada pada kuadran I
2. Kuadran
1 pada analisa SWOT mendefinisikan bahwa klinik BRC Cirebon memiliki posisi kuat
dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya
organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk
terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
3. Hasil
analisa SWOT secara kualitatif memperlihatkan bahwa banyak hal yang perlu
menjadi perhatian klinik BRC. Yaitu, terkait pengolahan promosi/ marketing,
fasilitas pasien dan terapis, perapihan administrasi, pengolahan limbah medis,
dan terpenting adalah mengelola sumber daya manusia/terapis.
4.2.
Saran
1.
Penelitian selanjutnya terkait dengan
analisa SWOT pelayanan terapi bekam ada baiknya menggunakan responden yang lebih
banyak lagi hingga akan lebih baik lagi dalam menganalisa
2.
Dapat menggunakan metode analisa yang
berbeda untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda dalam menganalisa terkait
pelayanan terapi bekam
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Rangkuti, Freddy. (1997).
Analisis SWOT Teknik Membedah
Kasus Bisnis . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[3] Ali ridho, Achmad. (2014). Bekam Sinergi. Solo : Aqwam Medika.
[4] Analisis
SWOT.pdf