Rabu, 03 Desember 2014

ANALISIS SWOT PELAYANAN TERAPI BEKAM PADA KLINIK BRC CIREBON

BAB I PENDAHULUAN


1.1.   Latar belakang masalah
Terapi Bekam adalah suatu terapi pengobatan holistic yang pernah dilakukkan oleh rasulullah pada saat itu. Bahkan pada suatu hadis dinyatakan bahwa terapi bekam adalah terapi yang dianjurkan oleh para malaikat, saat peristiwa Isro’.

مَا مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِى بِمَلَإٍ إِلَّا قَالُوْا يَامُحَمَّدُ مُرْ اُمَّتَكَ بِااْلحِجَامَةِ (رواه الترمذى عن ابن مسعود)
“Aku tidak berjalan dihadapan sekelompok malaikatpun pada malam ketika aku diisro’kan kecuali mereka berkata: Wahai Muhammad perintahkan umatmu agar berbekam (HR.At-Tirmidzi)

Terapi bekam juga merupakan terapi yang sudah digunakan oleh medis, namun pada umumnya jenis bekam yang digunakan oleh medis adalah bekam panas atau bekam yang menggunakan api. Dan bekam yang terkenal pada kalangan tionghoa ialah bekam kering. Hal itulah yang membuat terapi bekam menjadi beberapa jenis, yaitu Bekam Kering, bekam basah, bekam api. Dalam islam yang dimaksud bekam adalah bekam basah, yaitu terapi bekam dengan menggeluarkan sel darah yang rusak yang telah menumpuk dalam lapisan bawah kulit.
Terapi Bekam pada klinik Bekam Rukyah Center (BRC) adalah merupakan terapi utama pada Klinik BRC, begitu juga pada klinik BRC Cirebon. Karena itu diperlukan analisa pelayanan pelanggan untuk terapi bekam, guna melihat pelayanan terapi bekam pada klinik BRC Cirebon.

1.2.   Rumusan masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1.      Apakah hasil analisa SWOT untuk pelayanan terapi bekam di klinik BRC Cirebon?
2.      Usulan apa saja terkait pengembangan pelayanan terapi bekam di klinik BRC Cirebon?

1.3.   Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukkan untuk memberikan masukan dan saran untuk pelayanan terapi bekam, sehingga mampu memberikan layanan terapi pada pelanggan sesuai standard layanan mungkin

1.4.   Manfaat penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk evaluasi pelayanan terapi bekam di klinik BRC khususnya adalah BRC Cirebon. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk refrensi evaluasi pelayanan terapi lainnya pada klinik BRC Cirebon atau klinik yang lain.

1.5.   Batasan masalah
Penelitian ini hanya menganalisa pelayanan terapi bekam pada klinik BRC di Cirebon. Hanya meneliti menggunakan analisa SWOT. 

1.6.   Definisi istilah
Analisa SWOT : analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (ThreathS)
Terapi Bekam : Suatu pengobatan dengan mengeluarkan darah dari kulit dengan cara menghisap kemudian penyayatan ringan pada permukaan kulit, kemudian dilakukan penghisapan lagi agar darah bisa keluar.

1.7.   Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini adalah potensi baik untuk pelayanan bekam pada klinik BRC Cirebon, masuk katagori progresif. Yaitu memiliki prospek baik dalam pengembangan klinik, khususnya pelayanan terapi bekam.




BAB II DATA PENELITIAN

2.1.   Landasan Teori
Bandung Rukhyah Center (BRC)
BRC awalnya dirintis serta dipimpin oleh Bapak Asep Hasan Badri, tanggal 29 Juni 2004 merupakan awal BRC hadir di pentas sejarah kebangkitan Islam. BRC hadir sebagai jawaban atas miskinnya pengobatan islam, hadir pula sebagai jawaban dari kondisi umat islam yang tenggelam dalam pengobatan yang tidak syar’i, terjebak syirik banyak menimbulkan mudharat dan sebagainya.
Pada mulanya BRC hadir dengan menggunakan nama BRC; singkatan dari Bandung Ruqyah Center, namun seiring dengan berkembangnya BRC ke seluruh kota di tanah air, terutama saat itu yang menjadi fokus adalah JABODETABEK dirasa kurang relevan apabila menggunakan nama Bandung Ruqyah Center sebagai brand, awal 2008 BRC merubah kepanjangannya menjadi BEKAM RUQYAH CENTER.
Dalam kurun waktu perjalanan yang baru berjalan kurang dari 5 tahun BRC telah berhasil mendirikan 26 cabang di Indonesia dan 2 Cabang di luar negeri, yaitu di Malaysia dan Singapura. BRC pun memperluas peta dakwahnya, tidak hanya bergerak di kesehatan saja namun mencoba terjun ke pendidikan yang berbasis Thibbun Nabawi, bisnis, makanan dan training dengan memegang konsep makna sehat yang ternyata bukan fisik saja namun didukung dengan sehat secara finansialnya, sehat lingkungan sosialnya, sehat perekonomiannya dan sebagainya.
Telah berdiri pula divisi khusus dalam pengelolaan makanan halal thoyib, BRC Food yang mengeluarkan beberapa produk: air sehat BRC, beras organic, kue dan sirup, serta ayam organic. BRC juga telah mengawali program ibadah Umrohh plus thibbun nabawi.


1.1.1.      Terapi Bekam
Bekam merupakan istilah yang dikenal dalam bahasa melayu, bahasa arab mengenalnya sebagai hijamah, dalam bahasa inggris dikenal sebagai cupping,di eropa disebut fire bottle, orang cina mengenalnya sebagai gua-sha,dalam bahasa mandarin disebut pa hau kuan sedangkan orang Indonesia mengenalnya sebagai cantuk ,mambakan atau kop. Adapun menurut istilah hijamah adalah  mengeluarkan darah dari kulit dengan cara menghisap kemudian penyayatan ringan pada permukaan kulit, kemudian dilakukan penghisapan lagi agar darah bisa keluar.
Bekam mulai dikenal dan dilakukan sejak jaman Mesir kuno, bangsa Mesir kuno pada saat itu menggunakan bekam Untuk mengurangi rasa tidak nyaman di tubuh setelah mengadakan perjalanan.
Pada perkembangannya, Bekam kemudian menyebar dan berkembang ke berbagai negara di dunia sebagai salah satu bentuk pengobatan yang ampuh. Selain mesir juga tercacatat Sejarah Penggunaan Hijamah,yaitu: Sumeria (4000 thn sblm masehi), Babilonia, Saba’, Persia, baghdad 300 hijriah

1.1.2.      Standard layanan Bekam di Klinik BRC
1)      Persiapan:
·         Persiapan terapis.
·         Persiapan Alat. 
·         Persiapan Tempat terapi.
·         Persiapan Data pasien.
2)   Relaksasi awal:
  • Oleskan minyak zaitun pada punggung pasien usahakan mulut  botol tidak meyentuh kulit pasien dan tangan terapis (untuk menghindari kontaminasi mikroba) .
  • Lakukan bekam luncur ± 1-3 menit.
  • Lakukan pijatan ringan untuk merilekskan tubuh si pasien dan disertai perabaan untuk menentukan ketepatan titik.
3)         Bekam kering:
      Proses menarik kop dilakukan secara bertahap dan  dikomunikasikan dengan pasien.
      Pastikan ukuran kop yang akan digunakan sesuai dengan luas permukaan tubuh pasien.
      Mulailah menarik kop di tubuh pasien yang diawali pada bagian pinggul (samping kanan kiri), belikat (samping kanan kiri), bahu (samping kanan kiri), rongga kuduk, dan dua urat leher bagian belakang (samping kanan kiri). Bila diperlukan boleh menambahkan 4 titik tambahan.
      Lama mengkop sekitar  3menit atau setelah terlihat merah pada permukaan kulitnya (berubah warna).
4)         Penusukan :
      Pasang jarum lancet pada pena lancet. Sesuaikan tingkat  kedalamannya dengan kondisi pasien.
      Satu per satu lepaskan kop dan lakukan penusukan usahakan dengan arah towaf dengan jumlah tusukan ganjil yang disesuaikan dengan luas area kop.
      Penusukan disesuaikan dengan keadaan kulit pasien (dikomunikasikan)
      Tidak menusuk dengan cara menikam, kasar, tidak terlalu cepat.
      Kedalaman tusukan dikomunikasikan dengan pasien.
1.1.3.       Analisa SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (ThreathS).

Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:

A.    Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
SWOT 1.pngPendekatan kualitatif yaitu suatu metode pendekatan yang menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.   
Gambar 1 analisa SWOT kualitatif
Keterangan:
Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.
Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
Sel D: Damage Control
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

B.     Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Pendekatan kuantitatif ialah suatu pendekatan dengan cara melakukkan perhitungan atau membuat suatu score dan bobot pada perhitungannya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1.      Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapatkan (rentan nilainya sama dengan banyaknya point factor) dibagi dengan banyaknya jumlah point factor)
2.      Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;
3.      Mencari posisi organisasi yang ditunjukan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT
SWOT 2.png

Gambar 2 Kuadran SWOT
Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.


2.2.   Kerangka Penelitian
Penelitian ini memiliki kerangka penelitian yang dimulai dengan membuat proposal penelitian terlebih dahulu yang berupa draft penelitian, lalu dilanjutkan dengan melakukkan pengumpulan data. Data berupa literature, hasil questioner dan hasil wawancara. Selanjutnya hasil ketiga sumber tersebut dianalisa dengan menggunakan analisa SWOT, hingga menemukan kesimpulan dari hasil analisa tersebut yang nantinya akan disesuaikan dengan hipotesa yang ada.
                                                Gambar 3 Kerangka Penelitian



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan penulis jelaskan terkait dengan pembahasan hasil penelitian yaitu berupa hasil kuestioner dan hasil wawancara. Hasil penelitian akan dipaparkan pada sub bab hasil penelitian, berupa nilai dan perhitungan dari kuestioner dan juga hasil wawancara yang telah dilakukkan, sedangkan pada sub bab pembahasan analisa SWOT, akan dibahas data yang telah didapat dengan menggunakan analisa SWOT.
3.1.   Hasil Penelitian
3.1.1.      Hasil Kuestioner Analisa SWOT
Kuesioner menjadi salah satu cara pencarian data secara kuantitatif yang dilakukkan pada penelitian ini, guna mendapatkan data bernilai nominal. Kuestioner ini dilakukkan pada 11 responden yang semuanya adalah terapis. Berikut adalah data para responden.

Tabel Nama Responden dan hasil kuestioner
data responden.png

Hasil kuestioner penulis tampilkan dalam bentuk grafik untuk mempermudah memahami hasi dari kuestioner, untuk lebih detail bisa dilihat dari grafik dibawah ini.
grafik hasil kues.png
Grafik 1 Hasil Kuestioner
Dari hasil kuestioner persebaran titik (x,y) paling banyak berada pada kuadran 1 (satu) yaitu 6 (enam) responden. Dengan penjelasan sebagai berikut :

Tabel 1 hasil kuestioner 1

hasil point swot.png
hasil SWOT kualitatif.png

Sedangkan untuk hasil dari analisa SWOT dalam pembahasan kualitatif tergambar dalam tabel berikut .
 Gambar 4 Hasil analisa SWOT kualitatif

3.1.2.      Hasil Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara yang dilakukkan oleh penulis untuk mendapatkan data secara kualitatif selain analisa SWOT , hingga mampu menjadi penguat atau penyeimbang dari data kuantitatif yang penulis dapatkan dari hasil kuestioner. Wawancara penulis lakukkan pada dua narasumber data narasumber adalah sebagai berikut.

1.      Ian Sophian, tentor pemagang di Klinik BRC Cirebon
2.      Muhammad Yunus Ardian, Kepala cabang di klinik BRC Cirebon
Hasil wawancara dari kedua narasumber tersebut sebagai berikut :
1.      Nama      : Ian Sophian
Jabatan   : Tentor santri magang di klinik BRC Cirebon
Lokasi    : Online
Hasil       : pertama, klinik BRC Cirebon cukup diminati menjadi salah satu pilihan perawatan kesehatan. Kedua, Namun masih harus ada banyak hal yang dibenahi yaitu sistem marketing, fasilitas pasien dan terapis, spanduk, dan SDM. Ketiga, SDM sejauh ini sudah memberikan pelayanan yang baik kepada pasien, fasilitas saja.

2.      Nama      : Muhammad Yunus Ardian
Jabatan   : Kepala cabang Klinik BRC Cirebon
Lokasi    : klinik BRC Cirebon
Hasil       : Pertama, Klinik BRC Cirebon merupakan inovasi pengobatan yang baik di Cirebon. Kedua, beberapa hal dari klinik BRC Cirebon dirasa sudah cukup baik, walau masih ada banyak hal yang harus terus diperbaiki yaitu pengelolaan keuangan, pengolahan limbah, promosi yang belum optimal untuk terapi dan herbal, jumlah terapis. Ketiga, Hal-hal yang akan menjadi strategi untuk klinik BRC Cirebon yaitu, penyebaran brosur yang optimal, mengadakan baksos, pendekatan tokoh masyarakat, dan melakukan kebersamaan di klinik. Keempat, Optimis untuk pengembangan klinik BRC Cirebon.



3.2.   Pembahasan Analisa SWOT
Pada subbab pembahasan ini penulis akan membahas hasil dari kuestioner yang didapatkan, namun sebelumnya penulis akan menampilkan kembali nilai kuestioner yang didapatkan.
hasil pemetaan SWOT.png

Dari hasil yang dicapai pembahasan analisa SWOT secara kuantitatif adalah sebagai berikut :
Hasil rata-rata nilai (x,y) pada pengolahan data didapatkan nilai X adalah 9 dan nilai Y adalah  9, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa titik (9,9) ada pada kuadran I yaitu saat nilai X positif dan nilai Y positif. Sehingga memiliki analisa bahwa pada posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Sedangkan untuk pembahasan analisa SWOT secara kualitatif yaitu sesuai dengan gambar 4 diatas yaitu :
Strategi SO (strength-Opportunity) atau bisa disebut dengan Comparative Advantages untuk klinik BRC Cirebon yaitu, dapat mengadakan evaluasi pelayanan terapi per dua pekan. jika perlu adakan pelatihan tuk terapis. optimalkan promosi melalui radio dan media lain guna meningkatkan eksistensi klinik.
Strategi ST (Strength-treath) atau bisa disebut dengan Mobilization untuk klinik BRC Cirebon adalah akan lebih baik jika dapat mengoptimalkan lokasi, hingga mampu menjadi income tersendiri, agar ancaman akan mahalnya sarana dan prasana dapat menjadi peluang.
Strategi WO (Weakness-Opportunity) atau bisa disebut dengan Divestment/Investmen adalah bagaimana klinik dapat mengikat kerjasama dengan media promosi radio, salah satu contohnya klinik dapat memberikan pelayanan khusus pegawar radio atau lain sebagainya.
Strategi WT (Weakness-Treath) atau bisa disebut dengan Damage Control untuk Klinik BRC Cirebon adalah Bangun komunitas dengan pasien lama. berikan harga khusus untuk anggota komunitas, khususnya saat dapat mendatangkan pasien baru. Optimalkan fungsi kartu member card.
Sedangkan untuk Pembahasan terkait dengan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Klinik BRC Cirebon memiliki potensi untuk berkembang menjadi tempat pelayanan guna menjaga kesehatan dan sebagai salah satu tempat berobat masyarakat di Cirebon dan sekitarnya. Namun, karena usianya yang masih sangat muda, maka promosi terus menerus harus tetap dilakukkan karena masih dalam fase pengembangan klinik. Strategi-strategi khusus sesuai dengan kondisi klinik menjadi hal wajib yang harus terus diolah oleh pihak pemilik klinik dengan bantuan rekan-rekan santri karya, mengingat perjalanan klinik BRC Cirebon menjadi besar dan menjadi klinik yang memberikan banyak manfaat kesehatan atas izin Allah, masih sangatlah panjang.






BAB IV PENUTUP

4.1.   Kesimpulan
Penelitian ini mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Klinik BRC Cirebon memiliki kesempatan yang baik untuk menjadi sebuah klinik pengobatan cara nabi di wilayang Cirebon, khususnya di daerah Klayan, tepatnya di jalan Raya Sunan Gunung Jati, terlihat pada hasil analisa SWOT yang menunjukan nilai (x,y) berada pada kuadran I
2.      Kuadran 1 pada analisa SWOT mendefinisikan bahwa klinik BRC Cirebon memiliki posisi kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.  
3.      Hasil analisa SWOT secara kualitatif memperlihatkan bahwa banyak hal yang perlu menjadi perhatian klinik BRC. Yaitu, terkait pengolahan promosi/ marketing, fasilitas pasien dan terapis, perapihan administrasi, pengolahan limbah medis, dan terpenting adalah mengelola sumber daya manusia/terapis.

4.2.   Saran
                        1.      Penelitian selanjutnya terkait dengan analisa SWOT pelayanan terapi bekam ada baiknya menggunakan responden yang lebih banyak lagi hingga akan lebih baik lagi dalam menganalisa
                        2.      Dapat menggunakan metode analisa yang berbeda untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda dalam menganalisa terkait pelayanan terapi bekam



DAFTAR PUSTAKA


[1]        Rangkuti, Freddy.  (1997).  Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[2]        http://klikbrc.klik-brc.com/
[3]        Ali ridho, Achmad. (2014). Bekam Sinergi.  Solo : Aqwam Medika.
[4]        Analisis SWOT.pdf




Fokus

  Mendengar yang tidak dikatakan, melihat apa yang tidak dilihat orang lain. Saya pernah mendengar pengalaman seseorang aktivis literasi yan...