Klasik memang jika ada pendapat yang mengatakan kalau wanita
sudah menikah dan memiliki anak maka pekerjaan rumahnya seputar cuci mencuci,
masak memasak, mengurus anak dan suami. “buat apa sekolah tinggi2 tapi
ujung-ujungnya kedapur juga”. Dan saya yakin yang mengambil keputusan untuk
mendedikasikan dirinya pada keluarga, juga memiliki jawaban yang kuat.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa banyak ibu
yang menjadi ibu rumah tangga, akhirnya tak mampu mengoptimalkan potensinya
dari dalam rumah? Sehingga yang terjadi adalah beberapa pernyataan negatif
sepihak tentang profesi ibu rumah tangga.
24 jam di rumah namun tidak sempat meningkatkan ibadah?
Direpotkan dengan segudang rutinitas yang tidak ada habisnya
membuat ibu merasa kelelahan, lelah fisik bahkan yang lebih parah lagi adalah
lemah jiwa atau ruhani. Tuntutan profesi seorang ibu membuat ibu harus Cerdas mengatur waktunya, mengatur
kegiatannya. Sehingga tidak menjadi seperti lilin,” menerangi namun habis
sendiri”.
Kegiatan meningkatkan ibadah adalah kegiatang yang
diwajibkan bagi semua muslim, tanpa kecuali ibu rumah tangga. Jadi tidaklah
menjadi pembelaan bahwa tidak melakukkan kegiatan ibadah dengan alasan
disibukkan dengan kegiatan rumah tangga. Atau dengan dalil, kegiatan rumah
tangga itu pun bagian dari ibadah. Ya, kegiatan apapun yang bermanfaat akan
dihitung sebagai kebaikan, jika dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan
Allah, termasuk kegiatan rumah tangga.
Namun, ibadah habluminallah tak bisa kita gadaikan. Karena hal
ini merupakan suatu yang jauh lebih penting untuk kita selalu, meluruskan niat,
mengokohkan keilmuan, berlomba dalam beramal.
Seorang ibu rumah tangga yang masih terus belajar memanage
waktu dengan baik
Marelan, 31 agustus 2016Klasik memang jika ada pendapat yang mengatakan kalau wanita
sudah menikah dan memiliki anak maka pekerjaan rumahnya seputar cuci mencuci,
masak memasak, mengurus anak dan suami. “buat apa sekolah tinggi2 tapi
ujung-ujungnya kedapur juga”. Dan saya yakin yang mengambil keputusan untuk
mendedikasikan dirinya pada keluarga, juga memiliki jawaban yang kuat.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa banyak ibu
yang menjadi ibu rumah tangga, akhirnya tak mampu mengoptimalkan potensinya
dari dalam rumah? Sehingga yang terjadi adalah beberapa pernyataan negatif
sepihak tentang profesi ibu rumah tangga.
24 jam di rumah namun tidak sempat meningkatkan ibadah?
Direpotkan dengan segudang rutinitas yang tidak ada habisnya
membuat ibu merasa kelelahan, lelah fisik bahkan yang lebih parah lagi adalah
lemah jiwa atau ruhani. Tuntutan profesi seorang ibu membuat ibu harus Cerdas mengatur waktunya, mengatur
kegiatannya. Sehingga tidak menjadi seperti lilin,” menerangi namun habis
sendiri”.
Kegiatan meningkatkan ibadah adalah kegiatang yang
diwajibkan bagi semua muslim, tanpa kecuali ibu rumah tangga. Jadi tidaklah
menjadi pembelaan bahwa tidak melakukkan kegiatan ibadah dengan alasan
disibukkan dengan kegiatan rumah tangga. Atau dengan dalil, kegiatan rumah
tangga itu pun bagian dari ibadah. Ya, kegiatan apapun yang bermanfaat akan
dihitung sebagai kebaikan, jika dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan
Allah, termasuk kegiatan rumah tangga.
Namun, ibadah habluminallah tak bisa kita gadaikan. Karena hal
ini merupakan suatu yang jauh lebih penting untuk kita selalu, meluruskan niat,
mengokohkan keilmuan, berlomba dalam beramal.
Seorang ibu rumah tangga yang masih terus belajar memanage
waktu dengan baik
Marelan, 31 agustus 2016