Dalam Islam, tujuan hidup sudah jelas: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Artinya, segala aktivitas kita pada hakikatnya harus bermuara pada ibadah kepada Allah.
Namun dalam perjalanan hidup, kita sering diuji. Saat kesulitan datang, kita diperintahkan untuk meminta tolong kepada Allah.
Sebab, manusia tidak memiliki kapasitas mutlak untuk menyelesaikan masalah tanpa pertolongan-Nya.
Kalaupun sebuah masalah terlihat terselesaikan tanpa kita berdoa, itu tetap terjadi karena sebab-akibat dunia yang Allah izinkan dan karena rahmat serta kasih sayang-Nya, meski kita lalai memohon.
🌍 Lalu, bagaimana dengan orang yang tidak beriman tetapi hidupnya tampak mudah?
Riwayat-riwayat mengisyaratkan bahwa hal itu bisa jadi:
1. Peluang untuk berpikir dan mendapat hidayah.
Kemudahan yang diberikan bisa menjadi tanda kasih sayang, jika ia mau merenung dan mencari kebenaran.
2. Istidraj — jebakan kenikmatan dunia.
Jika ia terlena, kemudahan itu justru menyeretnya semakin jauh dari Allah, menuju jurang kebinasaan.
💡 Pelajaran bagi kita:
Sering kali, kehidupan dunia membuat kita lupa pada yang ghaib.
Kita mengira yang terlihat itu segalanya, padahal yang tidak terlihat justru lebih hakiki.
Kita merasa sehat, cukup, dan dikelilingi kemegahan dunia, lalu lalai bahwa kematian itu pasti dan dekat.
Kita juga kerap membebani diri dengan hal-hal yang sebenarnya di luar kapasitas kita.
Padahal, peran utama manusia hanyalah beribadah.
Jika kita mengalami kesulitan dalam beribadah atau menjalani hidup, kembalilah meminta tolong kepada Dzat yang memerintahkan, yaitu Allah.