Selasa, 27 Mei 2025

Fokus

 Mendengar yang tidak dikatakan, melihat apa yang tidak dilihat orang lain.

Saya pernah mendengar pengalaman seseorang aktivis literasi yang aktif bergerak di pedalaman, ia menceritakan pengalamannya saat berada di luar negeri dan diminta bekerja untuk sebuah perusahaan properti. Menariknya, mereka tidak mengenal satu sama lain. Bahkan sampai pertemuan kesekian saat itu ia menanyakan mengapa harus ia yang dipilih padahal ia tidak melamar ke perusahaan tersebut.

Mengesankan bagi saya adalah jawaban salah satu karyawan perusahaan tersebut, ia mengataka, “kami membutuhkan orang yang bisa melihat apa yang tidak kami lihat”, katanya.

Tidak lama dari itu saya membaca sub bab pada buku esensialisme Oleh Greg McKeown. Pada halaman 101 ada bahasan yang serupa dengan itu. Ada kalimat, mendengar apa yang tidak dikatakan. Awalnya ini membuat saya bertanya-tanya apa maksudnya. Namun, sepertinya saya pernah mengalami hal tersebut. Mendengar apa yang tidak diucapkan, hal itu terjadi ketika pendengar memiliki pengetahuan lain sebelumnya dan berusaha menghubungkan antara informasi yang sedang didengarnya. Sehingga yang terjadi adalah, kami mampu memberikan kesimpulan yang di luar dari apa yang didengar.

Begitu juga dengan melihat apa yang tidak dilihat orang lain. Hal ini biasanya terjadi karena pengetahuan yang luas, dan kemampuan penilaian seseorang, yang pastinya didukung dengan daya fokus yang baik. Hingga akhirnya, gangguan pun ia tidak mampu mengambil jalan keluar dari suatu masalah.


Oleh Ratri Priyandewi 



Selasa, 20 Mei 2025

Doa seorang Ibu

Pengaruh ibadah seorang ibu pada anak-anaknya

Pernah mendengar kalimat ini, “Mendidik seorang anak laki-laki adalah mendidik satu individu. Tapi mendidik seorang perempuan adalah mendidik seluruh umat.” Ini adalah kata-kata dari Imam Syafi'i

Bagaimana bisa begitu pentingnya kedudukan seorang perempuan bagi umat Islam bahkan untuk kehidupan masyarakat dunia. Kita bisa menelaah dari sisi ilmiahnya, bahwasanya Allah SWT telah mengamanatkan rahim pada seorang perempuan. Yang dari rahimnya akan tumbuh dan berkembang sesosok manusia yang kelak akan mempunyai pengaruh bagi kehidupan masyarakat dunia. Baik itu berpengaruh baik atau sebaliknya. Perempuan yang disebut Darah ibu itu mengalir pada manusia tersebut.

Bayangkan jika seorang perempuan melahirkan 4 orang anak, maka darah perempuan tersebut mengalir di ke empat anaknya pada kehidupan pertama mereka. Susunan DNA dan berbagai kebiasaan seorang perempuan itu terbentuk pada 4 manusia lainnya.

Kalau ditinjau dari sisi sosial, dari mulai yang paling dekat saja. Karakter seorang perempuan baik atau sebaliknya akan sangat mempengaruhi lingkungannya. Masih ingat tentang hadis, “Wanita itu adalah aurat. Apabila ia keluar, maka setan akan memikatnya (menggoda manusia melalui dirinya)." (HR. At-Tirmidzi)

Jika seorang perempuan saja tidak pandai menjaga auratnya maka terjadi keburukan akan menimpa juga pada manusia lainnya. Akan ada laki-laki yang terjerat hawa nafsu setan, akan ada perempuan lain yang terjebak menghibahkan, memaksudkan buruk dll pada nya.

Kalau dijelaskan lebih detail maka akan banyak sekali kedalaman dari pembahasan ini.

Dan poin terpentingnya adalah ibadah dan perangai seorang ibu akan sangat berpengaruh pada kehidupan anak-anaknya. Kebiasaan mendoakan, kebiasaan mengajarkan kebiasaan baik dll akan sangat mempengaruhi kehidupan anak-anaknya kelak.

Oleh Ratri Priyandewi


Sabtu, 10 Mei 2025

Terlanjur

 Jangan Lakukan sesuatu karena sudah terlanjur

Dalam istilah psikologi ada yang namanya sunk-cost bias atau biaya hangus. Yaitu suatu kecenderungan untuk terus menginvestasikan waktu, uang, atau energi kepada sesuatu yang kita tau akan rugi (tidak mendapatkan keuntungan), hanya karena kita menganggap karena itu tidak dapat kembali.

Dalam suatu pernikahan misalnya, terjadi KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), suami terhadap istri. Lalu, istri bertahan hanya karena sudah berumur bertahun-tahun menikah, ia merasa sayang jika tidak dilanjutkan. 

Ia melanjutkan tanpa memperbaiki komunikasi, tanpa mengusahakan hal-hal lainnya, jikapun sudah melakukan semua upaya, suami tidak ada perubahan, tidak memberikan kebahagiaan apapun untuk istrinya.

Maka yang sedang dilakukan istri tersebut adalah sebuah kecenderungan dalam psikologi yang disebut sunk-cost bias. Istrinya mungkin berpikir waktu bertahun-tahun bersama, tenaga, pikiran yg sudah dicurahkan untuk rumah tangga gak akan bisa kembali. Dan akan sangat rugi jika ia tidak melanjutkan pernikahannya.

Padahal yang terjadi adalah itu sebuah kemubaziran. Karena tenaga dan waktunya untuk melanjutkan rumah tangganya juga sangat berharga.

Sama dengan saat seseorang yang sudah membeli tiket bioskop, lalu saat masuk dan menonton, ternyata film itu tidak bagus. Lalu, ia tetap menonton dengan alasan “ sudah terlanjur dibeli, sayang tiketnya”. Seolah-olah dia lupa suatu saat, dan energi yang akan dia gunakan untuk hal yang tidak bermanfaat karena itu adalah sesuatu yang sangat berharga.

Sudah lah rugi tiket, rugi waktu dan tenaga juga.

Demikianlah banyak terjadi disekitar kita. Dan penulis pun masih terus mengamati dirinya sendiri, apakah masih terjebak dalam sunk-cost bias. Selamat terus berusaha untuk menjadi lebih baik.

Oleh Ratri Priyandewi


Sabtu, 03 Mei 2025

AI dan Internet

 Dampak Teknologi

Masih ingat akan berita-berita yang menceritakan anak-anak setelah mengenal internet banyak yang tidak lagi main denga mainan tradisional, mereka beralih menjadi pemain game online. Masih segar ditelinga curahan hati para guru dan orang tua tentang sulitnya mengontrol penggunaan gadget pada anak. Masih terus dikeluhkan para guru kalau anak-anak murid semakin lama semakin tidak terkendali.

Dan salah satu faktor utamanya adalah dampak dari perkembangan teknologi informasi yang luar biasa cepat. Belum selesai kami mengedukasi masyarakat tentang penggunaan gadget dan internet, kali ini masyarakat akan dihadapkan lagi dengan AI.

Etika menggunakan teknologi seharusnya memang digaungkan terus oleh pemerintah. Baik itu melalui media massa, situs resmi sampai menggerakkan influencer di media sosial.

Karena hakikatnya teknologi tanpa Etika atau penggunaan yang bijak ia hanya akan menghasilkan ringkasan, sumber daya manusia kita akan semakin mundur, fatalnya adalah ketahanan nasional kita akan terancam. 

Jumat, 02 Mei 2025

Tak Sempurna

 Jangan benci ketidaksempurnaan

Kita semua tau kalau semua yang terlihat didepan mata, yang kita rasa, yang terlihat baik semuanya berawal dari ketidaksempurnaan. Seorang penulis hebat dulunya ia seorang anak kecil yang tidak bisa membaca tulis. Seorang pemimpin cerdas berwibawa, dulunya ia adalah seorang anak kecil yang tidak bisa menggambar garis lurus. Seorang ulama besar yang alim, dulunya adalah seorang anak kecil yang tak bisa mengeja huruf Hijaiyah.

Semua terlihat sempurna karena berhasil melalui proses panjang untuk terlihat sempurna.

Pada kenyataannya tidak ada yang sempurna, yang ada hanya tampak sempurna. “Hidupnya tampak sempurna dengan kelahiran seorang anak yang cantik”, begitu ucapan seorang pada sepasang suami istri yang telah diberikan keturunan beberapa kali anak laki-laki, dan ia sangat menginginkan anak perempuan.

Kamis, 01 Mei 2025

Lelah

Sebaik-baiknya lelah

Lelah adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan. Tidak ada orang yang tidak pernah merasakan lelah. Sekalipun ia melakukan hal yang menyenangkannya. Sekalipun ia tidur seharian dirumahnya. Lelah kerapkali disandingkan dengan bosan. Padahal tidaklah sama antara lelah dan bosan. Lelah kita rasakan jika kita sudah melakukan kegiatan dalam waktu lama hingga membuat tubuh kita merasa lelah kehabisan energi.

Sedangkan rasa bosan terjadi karena kurangnya motivasi dalam melakukan sesuatu hal. Saat lelah kita sudah melakukan kegiatan dengan usaha dan kerja keras. Maka, jika lelah itu datang obatnya hanya istirahat sejenak bukan mundur ataupun meninggalkan kegiatan tersebut. Jika itu berupa kegiatan rutinitas maka kita bisa membuat jadwal yang tepat untuk mengelola rasa lelah.

Dan sebaik-baiknya lelah adalah lelah dalam kebaikan, lelah mencari keridhoan Allah.

Karena lelah adalah suatu keniscayaan dan alamiah, maka hendaknya kita memilih sesuatu yang akan membuat kita lelah dalam kebaikan. Hendaknya kita memilih kegiatan yang membuat kita memiliki kelelahan terbaik.

Tidak apa lelah, tapi carilah sebaik-baiknya lelah.

“dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya!” (QS. Al Hajj : 78)

Oleh Ratri Priyandewi


Fokus

  Mendengar yang tidak dikatakan, melihat apa yang tidak dilihat orang lain. Saya pernah mendengar pengalaman seseorang aktivis literasi yan...